Minggu, 31 Maret 2013

drama paskah SMAKER WAibakul

Adegan Pertama: Narator: Di sebuah kota hiduplah keluarga yang hidupnya sangat miskin. Kedua orang suami istri itu tidak memiliki pekerjaan tetap, hidupnya hanya mengandalkan bantuan orang lain. Ayah membantu orang yang mempunyai motor untuk ojek. Sedangkan ibu tersebut membantu tetangga mereka yang membutuhkan tenaganya. Mereka tidak memiliki pekerjaan apapun. Mereka memiliki dua orang anak, seorang anak yang ganteng, dan ingin semua keinginannya dipenuhi. Anak yang sangat tidak patuh dengan orang tuanya. Usianya sekitar 15 tahun, ayah dan ibunya susah payah menyekolahkannya. Dan anak yang kedua adalah seorang yang cacat. Anak itu seusia anak SD kelas 6, tapi ia tidak sekolah karena ia buta, dan ia selalu mengalah dengan kakkanya yang mempunyai sifat congkak. Pada suatu hari, ketika Jodi pulang sekolah. Jodi : (masuk dan tak memberi salam pada ibu dan ayahnya) Ayah : Selamat siang nak! (tampang sangat kumal) Jodi : (tak ada sahutan, muka tetap culas dan membuka sepatu, tasnya di letakkan di dipan yang rewot) Ibu : Jodi sayang, tolong papamu sedang bicara, dengarkan! Kamu tidak punya sopan. Jodi (culas) jangan mengajari saya ma, oh yah... angkat sepatu saya, dan tas saya. Saya tidak sudi mendengar kalian. Makanan saya mana? Ibu : sayang hari ini kita hanya makan ubi, maaf yah sayaang Ayah : ia nak, hari ini papa tak mendapat rejeki Jodi (marah) diam!!... saya bosan hidup seperti ini, orang tua macam apa kalian, hidup macam apa ini. Saya tak sudi punya orang tua seperti kalian. Arline : kak, bagaimanapun mereka orang tua kita.orang tua yang telah melahirkan kita, kita, membesarkan kita. Kita wajib menghargai mereka. Jodi : siapa kau anak kecil, mereka ayah ibumu, sama saja, kamu buta, saya malu punya adik seperti didrimu.saya ini, punya kawan banyak, kalau kawan saya ada tak boleh perlihatkan diri. Arline : Kak, tidak boleh sombong. Tuhan marah. Jodi : Apa? Si buta, jangan coba banyak bacot kau. Dasar orang tak beruntung Arline : Kak.. Jodi : (membanting sesuatu barang) kalian, jangan coba –coba membuat malu saya di depan teman-teman saya. (keluar dari rumah). Ayah dan ibu : Nak! Nak...tunggu nak, maafkan ayah dan ibu( terisak-isak dan menghapus air mata) Jodi : Stop... saya tak mau mendengarkan perkataan kalian lagi. Ayah,arline dan ibu: (setelah Jodi keluar, berpelukan dan menangis). Arline : Pa, bu, maafkan kak Jodi... maafkan arline telah merek Pokan papa mama.kenapa kak Jodi jahat Ayah : Tidak nak... ayah yang salah, ayah tak punya kemampuan. Ayah orang bodoh. Kamu tak merepotkan papa dan mama nak. Arline ; Tapi kak Jodi telah membuat papa dan mama sedih. Ibu : Tak apa nak, kami harus mendapat resiko ini, kami tak bisa buat kalian bahagia. Arline : Tak ada yang salah bu. Yang salah itu kak Jodi. Kak Jodi congkak. Buktinya papa mama telah membesarkan saya dan Jodi. Ibu : Ia sayang, mari kita makan(mengambil ubi dan memberi dan suaminya) enak yah saayaang.(sedih) Arline : enak sekali ma, Arline sampe kenyang. Ibu : setelah itu istirahat yah sayang, mama mau mencuci baju. Arline :ia ma. Narator : Ayah, Ibu dan Arline melanjutkan tugas mereka. Keesokan harinya... setelah bolos sekolah, Jodi dan 3 kawannya bolos dari sekolah, mereka mencopet tas seorang ibu yang sedang berbelanja di pasar. Bu Ani : copet...copet... tolong!!! Anak tomboy : (Menghadang lari jodi) woi...copet jangan lari Warga 1 : Hajar dia, anak sekolah tidak tahu diri, hajar dia mari kita pukul dia, anak tak tak diri, bukannya sekolah tapi kerjanya mencopet. Warga 2 : (memukul Jodi) pencopet kau, tak layak hidup...(pertarungan antara Jodi dan warga, Jodi pingsan) Polisi : (Masuk karena mendengar keributan) ada apa ini, wah mengapa anak ini pingsan,mengapa kalian memukulnya. Warga 1 : dia telah mencopet, seorang ibu, dia patut dihukum. Warga 2 : Benar pak! Polisi : yah,,, benar dia telah mencopet, tapi kalian tidak boleh main hakim sendiri! Warga : maafkan kami pak! Narotor : Jodi pingsan, warga membopongnya, dalam ketidaksadarannya Jodi melihat ada penampakan, kesengsaraan Tuhan Yesus, Jodi seolah-olah melihat dengan mata kepalannya sendiri. Kisah ini dimulai dari sebuah taman....GETSEMANI...Malam itu yesus di Getsemani,sunyi,sepi, tanpa bunyi sekeliling. Di Getsemani,ada jiwa yang bergelora dalam batin tak menentu,ketika kengerian maut meliputi sang putra. Ketika salib derita siap di depan, ketika Via Dolorosa tak terelakan. Detik ...demi detik , dalam kegelapan Getsemani, dalam kegelisahan Getsemani, dalam pergumulan di Getsemani, ada hati dalam doa yang terarah kepada bapa.. Tuhan Yesus : Ya Bapaku... jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila aku meminumnya,jadilah kehendakmu Narator : Via Dolorosa... Setapak demi setapak, ia melangkah dengan pasti...tertatih-tatih ia memikul beratnya salib itu, disertai peluh dan darah, dalam kawalan ketat para serdadu Romawi Prajurit :Maju!!!! Ayo maju Ayo jalan!!!! Katanya Mesias...Mana??? Cepat {tarrr bunyi cambuk bergema keras , Yesus Jatuh}. Hei, bangun... bangun!!!!Ternyata kamu manusia biasa juga ya!!! Kenapa mengaku juruselamat??? Pembohong!!!!! Dasar tidak tahu malu, ayo jalan!{Yesus memanggul salib, orang banyak melemparinya,meludahinya,mengolok-oloknya, sementara para perempuan menangisinya} Petrus :Jangan!!! Jangan kau seret yesus sekejam itu.. tolonglah bapak , prajurit..tolong hentikan! Lihat darahnya sangat banyak..pak..bapak prajurit..jangan! Prajurit :Diam!! Hai perempuan.. Ini juruselatmu?? Ini mesiasmu?? Lihat {mencambuk yesus}. Dia tidak mampu menolong dirinya sendiri, apalagi menolong kalian.. Lihat {terus memukulnya} Petrus :{Menangis} Jangan ....jangan siksa dia .. Pujian :Kidung Jemaat 157:1 Narator :Golgota.. Bukit sejarah Adegan Kedua: parodi musikal Narator: Adegan ketiga: Narator: Setelah melihat penderitaaan Yesus dalam mimpinya, Jodi sadar. Saat itu pun ia bangkit dari keterpurukannya. Ia bangkit dan mau berubah. Perlahan-lahan ia bangun, dan saat itu kedua orang tuanya hadir bersama teman-teman dan seorang pendeta. Jodi : dimana aku berada Ayah : kamu di rumah sayang, Jodi : Ayah, ibu, maafkan Jodi, selalama ini Jodi kurang ajar dengan ayah dan ibu. Jodi tidak layak mendapatkan maaf dari ayah dan ibu. Ibu : ia nak... kamu telah kami maafkan, Tuhan Yesus saja rela mati di kayu salib untuk menebus dan mengampuni dosa-dosa kita. Kamu berharga nak. Ingatkah kau cerita ibu tentang anak yang hilang dan telah ditemukan? Jodi : ibu.... ayah.... saya begitu durhaka dengan ayah ibu, dan adikku. Saya patut dihukum. Saya mau berubah. Pendeta: Tuhan itu berlimpah kasih setia, penuh maaf Ia tidak memperhitungkan semua kesalahan yang telah kita lakukan Ia rela menderita disalibkan dan mati hanya untuk menebus semua kesalahan dan dosa-dosa kita. kalau saja Tuhan Yesus sudah rela menangung semua kehinaan kita maka kita juga harus rela menderita, selama kita masih hidup didunia ini, maka tentunya kita pasti menderita, karena penderitaan yang kita alami saat ini tidak sebanding dengan penderitaan yang Tuhan Yesus alami. Jodi : yah Bu, saya ingin berubah, Tuhan telah mati dan bangkit untuk saya, saya pun harus bangkit. Saya harus hidup baru, saya harus rela menderita. Saya akan memikul salib yang Tuhan telah embankan. Tuhan Yesus adalah teladan yang setia. Tuhan telah mati untuk saya. Ayah, ibu, saya rela hidup miskin bersamamu. Maafkan perilaku saya. Ayah, ibu, arlin: selamat hari paskah Jodi. Hari ini Tuhan telah bangkit untuk kita. Jodi : hari ini paskah yah... Pendeta: ia Jodi. Hari ini Tuhan bangkit untuk kita manusia berdosa. Tuhan telah lahir dalam kehinaan, hidup dalam penderitaan dan dia mati dalam penderitaan. Tapi ia bangkit dalam kemuliaan untuk memuliakan kita. Selamat hari paskah... Lagu karya terbesar.... Karya: Torine Rambu Baba Ama,S.Pd